Pemerintah Amerika shutdown resmi dimulai pada Rabu (1/10/2025) dini hari waktu setempat, setelah Senat gagal menyetujui Rancangan Undang-Undang Anggaran tahunan. Gedung Putih langsung menyalahkan Partai Demokrat atas kegagalan ini, dengan menampilkan pesan tegas di situs resminya: “Democrats Have Shut Down the Government”. Krisis ini terjadi di tengah pemerintahan Donald Trump, di mana perselisihan bipartisan memicu penutupan sementara operasional federal. Selanjutnya, jutaan warga AS berpotensi terdampak, mulai dari pegawai negeri hingga wisatawan di taman nasional.
Peristiwa ini menandai babak baru dalam politik AS yang penuh ketegangan. Akibatnya, Kongres harus segera mencari solusi untuk menghindari dampak jangka panjang. Dengan demikian, publik kini menanti langkah cepat dari para legislator.
Baca juga: Tony Blair Diusulkan Pimpin Pemerintahan Sementara di Gaza Pascakonflik
Latar Belakang Krisis Pemerintah Amerika Shutdown
Pemerintah Amerika shutdown dipicu oleh kegagalan Senat mengesahkan RUU pendanaan federal pada Selasa malam (30/9/2025) waktu setempat. Tahun fiskal AS berakhir tepat di tengah malam, sehingga tanpa persetujuan anggaran, agensi federal kehilangan dana legal untuk beroperasi. Selama ini, Partai Republik dan Demokrat saling lempar tanggung jawab, memperburuk stalemate yang sudah berlangsung berminggu-minggu.
Lebih lanjut, perselisihan utama muncul dari tuntutan Demokrat untuk memperpanjang subsidi layanan kesehatan melalui Affordable Care Act (ACA). Program ini, yang sering disebut Obamacare, menghadapi pemotongan anggaran jika RUU disahkan tanpa amandemen. Di sisi lain, Republik menolak keras, karena mereka menginginkan “clean bill” tanpa tambahan klausul. Akibatnya, negosiasi macet total, memaksa pemerintah memasuki mode darurat.
Situasi ini bukan yang pertama. Sejarah mencatat setidaknya 20 kali shutdown sejak 1976, dengan yang terpanjang pada 2018-2019 selama 35 hari. Namun, kali ini, di bawah kendali Republik di Gedung Putih, DPR, dan Senat, tekanan justru bertambah. Dengan demikian, para analis politik memprediksi negosiasi ulang akan dimulai segera setelah libur akhir pekan.
Hasil Pemungutan Suara Senat dan Stalemate Anggaran
Senat AS menggelar pemungutan suara krusial pada Selasa malam, yang berakhir dengan 55 suara mendukung dan 45 menolak RUU anggaran. Sayangnya, ambang batas 60 suara untuk mengatasi filibuster tidak tercapai, sehingga RUU gagal lolos. Selanjutnya, prosedur ini menyoroti perpecahan tajam di antara senator, di mana mayoritas Demokrat bergabung dengan sebagian Republik moderat untuk mendukung amandemen ACA.
Demokrat bersikeras mempertahankan subsidi tersebut, yang menurut mereka vital bagi jutaan warga berpenghasilan rendah. “Tanpa perpanjangan ini, jutaan orang akan kehilangan akses kesehatan dasar,” tegas seorang juru bicara Demokrat. Sementara itu, pimpinan Republik, termasuk pemimpin mayoritas Senat, mengecam tuntutan itu sebagai upaya memaksakan agenda partisan. Akibatnya, sesi malam itu berlangsung tegang, dengan debat sengit yang disiarkan langsung ke seluruh negeri.
Pemungutan suara ini menjadi titik balik. Sebelumnya, DPR yang dikuasai Republik telah menyetujui versi RUU sederhana pada Senin. Namun, karena modifikasi di Senat, dokumen harus kembali ke majelis rendah. Dengan demikian, siklus ini berpotensi memperpanjang shutdown jika tidak ada kompromi cepat.
Tuduhan Silang dari Pejabat Tinggi
Gedung Putih tidak membuang waktu untuk menyerang lawan politiknya. Penasihat Presiden Trump menyatakan bahwa Demokrat sengaja memicu krisis untuk merusak agenda ekonomi. “Mereka memprioritaskan isu-isu radikal daripada kesejahteraan rakyat,” katanya dalam konferensi pers dini hari. Selain itu, situs resmi Gedung Putih menampilkan hitungan mundur shutdown, lengkap dengan narasi yang menyalahkan oposisi.
Di pihak Republik, Ketua DPR Mike Johnson ikut angkat suara melalui platform X. Ia menulis, “Democrats have officially shut down the federal government. They prioritize illegal immigrants and harm hardworking Americans in the process.” Pernyataan ini langsung viral, memicu perdebatan panas di media sosial. Kemudian, Johnson menambahkan bahwa Republik siap bernegosiasi, asal Demokrat mundur dari tuntutan ekstrem.
Sebaliknya, mantan Wakil Presiden Kamala Harris membalikkan narasi itu. Dalam wawancara pagi Rabu, ia menyatakan, “Let me be clear: Republicans control the White House, the House, and the Senate. This is their government shutdown.” Harris menekankan bahwa mayoritas Republik seharusnya mampu mengesahkan anggaran tanpa drama. Dengan demikian, tuduhan silang ini memperburuk polarisasi, membuat publik lelah dengan pertarungan partai.
Analis dari CNN menilai bahwa pernyataan-pernyataan ini lebih bertujuan untuk membentuk opini publik menjelang pemilu mendatang. Oleh karena itu, kedua kubu kemungkinan akan mencari titik temu di balik layar, meskipun secara terbuka tetap saling serang.
Dampak Langsung Pemerintah Amerika Shutdown bagi Masyarakat
Pemerintah Amerika shutdown membawa konsekuensi nyata bagi kehidupan sehari-hari. Beberapa agensi federal, seperti Departemen Keuangan dan NASA, harus menutup operasional non-esensial. Ribuan pegawai negeri dirumahkan tanpa gaji, meskipun mereka dijamin pembayaran retroaktif setelah krisis berakhir. Selain itu, layanan publik seperti pengolahan visa imigrasi dan pemeriksaan keamanan bandara mengalami penundaan.
Wisatawan juga terdampak serius. Museum Smithsonian dan Taman Nasional Yellowstone ditutup sementara, menghentikan kunjungan jutaan orang setiap tahun. Di sisi ekonomi, analis memperkirakan kerugian harian mencapai miliaran dolar AS, termasuk dari sektor pariwisata dan kontrak pemerintah. Akibatnya, bisnis kecil di sekitar situs federal kehilangan pendapatan signifikan.
Lebih lanjut, program bantuan sosial seperti tunjangan pengangguran tetap berjalan, berkat dana darurat. Namun, penelitian ilmiah di lembaga federal terhenti, yang berpotensi menunda kemajuan di bidang kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian, shutdown ini tidak hanya soal politik, tapi juga mengganggu roda perekonomian nasional.
Baca juga: Gempabumi Mag 6.5 Guncang Sumenep Jawa Timur, Tiga Warga Luka dan Sejumlah Bangunan Rusak
Pemerintah federal telah mengaktifkan protokol darurat untuk meminimalkan dampak. Misalnya, pegawai esensial seperti petugas penjaga pantai dan inspektur makanan tetap bertugas. Meskipun begitu, durasi shutdown yang berkepanjangan bisa memicu ketidakstabilan pasar saham.
Upaya Mitigasi dan Prospek ke Depan
Untuk mengatasi krisis, Gedung Putih dan Kongres merencanakan sesi darurat pada Kamis (2/10/2025). Para negosiator dari kedua partai akan bertemu secara tertutup, dengan harapan mencapai kompromi pada subsidi ACA. Selain itu, Presiden Trump dikabarkan siap menandatangani RUU sementara jika Demokrat setuju pada batas waktu tertentu.
Ahli politik dari Universitas Harvard, Steven Levitsky, memperingatkan bahwa shutdown berulang merusak kepercayaan publik terhadap institusi. “Ini bukan hanya soal anggaran, tapi kegagalan sistem checks and balances,” ujarnya dalam analisis terbaru. Prediksi ke depan menunjukkan kemungkinan resolusi dalam seminggu, mengingat tekanan ekonomi yang meningkat.
Secara keseluruhan, pemerintah Amerika shutdown ini menegaskan kerapuhan bipartisanship di Washington. Gedung Putih menyalahkan Demokrat atas kegagalan ini, sementara Harris dan kawan-kawannya membalik tuduhan ke Republik. Meskipun dampaknya terasa luas, harapan tetap ada pada dialog konstruktif. Pantau terus perkembangan untuk update terkini, karena solusi cepat menjadi kunci pemulihan.