Gempa Banyuwangi M5.7 Guncang Jawa Timur hingga Bali

Gempa Banyuwangi berkekuatan M5.7 mengguncang Jawa Timur dan Bali pada 25 September 2025. Simak dampak, kerusakan, dan imbauan resmi dari BNPB di sini.

Baca juga: Tarif Listrik PLN per kWh Tetap Hingga Desember 2025

Gempa Banyuwangi M5.7 Rusak Puluhan Rumah

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 5.7 mengguncang Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada Kamis, 25 September 2025, pukul 16.04 WIB. Getaran gempa Banyuwangi ini juga terasa hingga Bali dan beberapa wilayah di Jawa Timur, menyebabkan kerusakan bangunan di sejumlah daerah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan tidak ada korban jiwa, tetapi puluhan rumah dan fasilitas umum rusak. Mengapa gempa ini terjadi, dan bagaimana penanganan dampaknya?

Kronologi dan Penyebab Gempa Banyuwangi

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa Banyuwangi berpusat di laut, 46 kilometer timur laut Banyuwangi, pada kedalaman 12 kilometer. Gempa ini terjadi akibat aktivitas sesar aktif, termasuk dalam kategori gempa bumi dangkal. Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan, “Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif.” Guncangan dirasakan kuat selama 2-3 detik, menyebabkan kepanikan di kalangan warga yang berhamburan keluar rumah.

Hingga pukul 18.58 WIB, BMKG mencatat 10 kali gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar 3.3. Meski tidak berpotensi tsunami, masyarakat diminta waspada terhadap potensi gempa susulan.

Dampak Gempa Banyuwangi di Berbagai Wilayah

Gempa Banyuwangi berdampak signifikan di beberapa wilayah, termasuk Kabupaten Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Jembrana (Bali). Berdasarkan laporan BNPB hingga Jumat, 26 September 2025, pukul 06.50 WIB, berikut rincian kerusakan:

  • Kabupaten Banyuwangi: Tiga rumah rusak berat, dua rumah rusak sedang, empat rumah rusak ringan, dan satu masjid mengalami kerusakan.
  • Kabupaten Situbondo: Sebanyak 26 rumah rusak berat, 10 rumah rusak sedang, 24 rumah rusak ringan, serta satu masjid, dua kantor, dan satu tempat usaha terdampak.
  • Kabupaten Bondowoso: Dua rumah rusak berat dan satu rumah rusak sedang.
  • Kabupaten Jember: Satu rumah rusak berat, dengan satu warga mengalami luka ringan dan sedang dirawat.
  • Kabupaten Jembrana, Bali: Satu rumah warga dan satu puskesmas mengalami kerusakan ringan.

Hingga saat ini, tidak ada laporan korban jiwa atau pengungsian akibat gempa ini. Total, BNPB mencatat 73 rumah rusak di empat kabupaten di Jawa Timur dan Bali.

Intensitas Guncangan di Berbagai Daerah

Menurut skala Modified Mercalli Intensity (MMI), gempa Banyuwangi dirasakan dengan intensitas berbeda di berbagai wilayah:

  • Skala IV MMI (dirasakan banyak orang dalam rumah): Banyuwangi, Penebel.
  • Skala III MMI (getaran nyata dalam rumah): Lumajang, Kuta, Denpasar, Buleleng.
  • Skala II-III MMI: Jember, Bondowoso.
  • Skala II MMI: Situbondo, Pasuruan, Surabaya, Kuta Selatan, Pamekasan, Mataram, Lombok Barat.

Getaran gempa juga terasa hingga Nusa Tenggara Barat, meskipun dengan intensitas lebih rendah.

Upaya Penanganan dan Asesmen

Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Situbondo, dan wilayah terdampak lainnya langsung bergerak cepat setelah gempa terjadi. Mereka melakukan asesmen dan penanganan darurat untuk mengevaluasi dampak gempa Banyuwangi. “Tim terus bekerja untuk mengetahui sejauh mana gempa ini berdampak pada masyarakat,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, pada 26 September 2025.

BPBD setempat juga berkoordinasi dengan BNPB dan instansi terkait untuk memperbarui data kerusakan secara berkala. Fokus utama adalah memastikan keamanan warga dan mempercepat penanganan bangunan yang rusak.

Imbauan kepada Masyarakat

BNPB dan BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada terhadap potensi gempa susulan. Abdul Muhari menekankan pentingnya melapor ke pihak berwenang jika memerlukan evakuasi atau bantuan darurat. BMKG juga memberikan panduan kesiapsiagaan, antara lain:

  • Segera mencari tempat aman dan menghindari bangunan yang retak atau berpotensi roboh.
  • Memastikan jalur evakuasi bebas hambatan.
  • Menyiapkan tas siaga bencana berisi kebutuhan pokok, obat-obatan, dokumen penting, dan senter.
  • Mematikan aliran listrik, gas, dan air jika diperlukan untuk mencegah risiko kebakaran atau kebocoran.
  • Mengikuti informasi resmi dari BMKG, BNPB, atau BPBD melalui kanal terpercaya.

“Masyarakat diharapkan tidak terpancing informasi yang belum terverifikasi,” tambah Daryono dari BMKG.

Baca juga: Perbaikan Gerbang Tol Picu Kemacetan, Pramono Anung Minta Jasa Marga Bertanggung Jawab

Konteks Gempa di Indonesia

Indonesia, yang terletak di Cincin Api Pasifik, sering mengalami gempa bumi akibat aktivitas tektonik. Gempa Banyuwangi menjadi salah satu dari beberapa kejadian gempa yang terjadi di Indonesia pada September 2025. Sebelumnya, gempa berkekuatan M6.6 mengguncang Nabire, Papua Tengah, pada 19 September, dan gempa M4.0 melanda Sukabumi, Jawa Barat, pada 20-21 September. Meskipun gempa-gempa ini menyebabkan kerusakan material, upaya mitigasi dan penanganan darurat terus ditingkatkan untuk meminimalkan dampak.

BNPB juga mencatat bahwa fenomena geologi seperti gempa Banyuwangi sering kali disertai dengan risiko bencana lain, seperti banjir atau tanah longsor, terutama di musim hujan. Oleh karena itu, kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi ancaman multi-bencana.

Peran Komunitas dan Dunia Usaha

Selain upaya pemerintah, dunia usaha juga berperan dalam mendukung kesiapsiagaan bencana. Sebagai contoh, kegiatan seperti lomba mewarnai bertema kesiapsiagaan gempa di Lombok pada 2018 menunjukkan pentingnya edukasi sejak dini. Program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan seperti United Tractors, ASTRA, dan Pertamina juga mulai menjangkau fase pra-bencana, membantu masyarakat membangun ketangguhan terhadap bencana seperti gempa Banyuwangi.

Penutup

Gempa Banyuwangi berkekuatan M5.7 pada 25 September 2025 menyebabkan kerusakan bangunan di Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Jembrana (Bali), dengan total 73 rumah rusak. Meski tidak ada korban jiwa, tim gabungan terus melakukan asesmen dan penanganan darurat. Masyarakat diminta tetap waspada, menghindari bangunan rusak, dan mengikuti informasi resmi dari BMKG dan BNPB. Ke depan, edukasi dan kesiapsiagaan bencana perlu terus ditingkatkan untuk menghadapi risiko gempa di wilayah rawan seperti Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, pantau laman resmi BNPB (www.bnpb.go.id) atau hubungi BPBD setempat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *